NEWS & ENTERTAINMENT MEDIA

Contact online

Website AG CYBER TV tidak bisa di akses tanpa Javascript
Silahkan Aktifkan Javascript di browser Anda !!Subscribe Us


Semua karya otentik dari AG Cyber TV di proteksi ,
tidak diperbolehkan mengambil sebagian atau keseluruhan isi berita asli karya kami tanpa izin redaksi.

Nyadranan Dusun Sanggrahan, Tradisi Lestarikan Budaya Leluhur di Kedondong


Suasana Nyadranan Di Punden Nyai Sirap

Nganjuk, 30 Mei 2025 — Tradisi Nyadranan kembali digelar oleh warga Dusun Sanggrahan, Kelurahan Kedondong, Kabupaten Nganjuk, pada Jumat Paing di bulan Besar dalam penanggalan Jawa. Kegiatan sakral yang berlangsung di area Punden Nyai Sirap ini menjadi bentuk pelestarian budaya leluhur yang masih dijaga dengan penuh kekhidmatan dan kebersamaan.

Lurah Kedondong, Yoni Wahyudi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Nyadranan memiliki tujuan mulia, yakni untuk nguri-uri atau melestarikan budaya warisan leluhur. Ia berharap dengan diadakannya kegiatan ini, masyarakat Dusun Sanggrahan senantiasa diberi kesehatan, kelancaran rezeki, serta hidup yang sejahtera (gemah ripah loh jinawi).

“Dengan menguri-uri budaya, saya berharap seluruh masyarakat Kelurahan Kedondong, khususnya Dusun Sanggrahan, sehat selalu, lancar rejeki, dan hidup tentram,” ujar Yoni Wahyudi singkat.

Kegiatan Nyadranan tahun ini berjalan secara sederhana namun tetap meriah. Masyarakat tampak antusias mengikuti rangkaian acara yang diwarnai suasana kebersamaan dan kegotongroyongan. Warga saling berbagi makanan, doa bersama, serta membersihkan area punden sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.

Tradisi ini juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial antarwarga, serta menguatkan nilai-nilai kearifan lokal di tengah arus modernisasi. Bagi masyarakat Dusun Sanggrahan, Nyadranan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga simbol persatuan dan penghargaan terhadap sejarah panjang desa mereka.

Nyadranan di Dusun Sanggrahan merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi serupa yang masih bertahan di wilayah Nganjuk, sebagai wujud nyata dari kesadaran masyarakat dalam menjaga akar budaya yang diwariskan turun-temurun.